Kita hidup di zaman psikoanalisis. Sejak jaman dahulu telah diajarkan pentingnya memeriksa psikologi, emosi, dan ingatan pribadi kita untuk memahami diri sendiri dan menemukan kebahagiaan dalam hidup. Berbagai otoritas dalam psikologi modern saat ini mengevaluasi tidak hanya individu tetapi budaya, bahkan agama oleh pemahaman psikologis yang diusulkan dari pikiran manusia.

Namun, terlepas dari menjamurnya perawatan psikologis, kami menemukan lebih banyak orang menggunakan obat-obatan farmasi dan epidemi depresi yang terjadi di dunia Barat yang makmur.

Apakah kita kehilangan sesuatu tentang memahami diri kita sendiri dan dapatkah ajaran Veda kuno memberi kita wawasan yang lebih dalam?

Psikologi modern mencerminkan pandangan tentang diri yang didasarkan pada tubuh fisik dan interaksi sosial luar. Ia mencari kebahagiaan pada tingkat fisik di dunia material. Pandangannya tentang pikiran terbatas pada otak dan dorongan biologis kita, dimulai dengan seksualitas. Ketika ia meminta kita untuk mengembangkan diri, itu adalah pencarian kekuatan dan gengsi luar, bukan kesadaran batin. Gagasannya tentang diri mencerminkan faktor-faktor eksternal saja, bukan kesadaran apa pun yang bertahan melampaui kematian.

Di sini, mari kita ingat ajaran mendalam Bhagavad Gita dan Upanishad. Diri sejati kita, yang disebut Atman atau Purusha, terdiri dari cahaya kesadaran tanpa batas. Ia tidak memiliki kelahiran atau kematian, tidak ada kesenangan atau kesakitan, tidak ada masa lalu atau masa depan. Tidak memiliki kualitas sebagaimana didefinisikan oleh lima elemen. Api tidak bisa membakarnya. Air tidak bisa membuatnya basah. Itu tidak binasa bersama dengan tubuh. Itu tidak berubah seiring dengan fluktuasi pikiran. Itu permanen, kekal dan melampaui kesedihan. Tinggal di dalamnya adalah kedamaian, kebahagiaan, dan pemenuhan tertinggi. Namun, kami menemukan bahwa psikologi modern tidak mengenali Diri yang lebih tinggi, apalagi mengajarkan kita bagaimana terhubung dengannya.

Identitas batin kita tidak dapat direduksi menjadi nama, pekerjaan, jabatan atau keadaan. Tidak seorang pun dan tidak ada yang dapat memiliki, mendefinisikan, membatasi, atau mengendalikan realitas yang lebih dalam di dalam diri kita.
Kita bukan sekadar organisme fisik atau serangkaian reaksi kimia yang kompleks di otak, tetapi kesadaran batin yang melaluinya ini beroperasi dan yang mengatasi fluktuasi mereka. Kita mengandung potensi dan formasi dari semua keberadaan, yang melampaui waktu dan ruang hingga yang tak terbatas dan abadi.

Visi dari Filsafat Vedanta mengandung psikologi mendalam tentang Realisasi Diri, bukan hanya psikologi identitas fisik atau sosial. Vedanta mengajarkan bahwa kita adalah seluruh alam semesta. Kita tidak terbatas pada tubuh. Kita memiliki banyak tubuh dalam banyak inkarnasi di dunia atau loka yang berbeda. Sifat Diri adalah kosmik.

Demikian pula, kita tidak perlu mencari kebahagiaan atau pemenuhan di luar Diri sejati kita. Sebaliknya, Diri batiniah kita penuh dengan cahaya dan peran kita di dunia haruslah untuk membawa cahaya, kasih sayang, dan kebijaksanaan bagi semua orang. Segala sesuatu yang kita lihat di dunia alam mewakili sebagian dari Diri sejati kita, beberapa aspek dari identitas kosmik kita. Semua makhluk adalah ekspresi berbeda dari Diri-Mu yang lebih dalam yang meliputi seluruh keberadaan.

Hanya visi Diri yang lebih dalam yang bisa membawa kita kebahagiaan sejati. Kalau tidak, kita tetap terjebak dalam identitas ego luar, dalam cara kita tampil atau apa yang kita lakukan, daripada siapa kita sebenarnya.

Ini berarti bahwa praktik terbaik untuk kesejahteraan psikologis adalah Yoga dan meditasi berdasarkan pencarian batin untuk sifat sejati kita dalam kesadaran. Pikiran mudah jatuh ke dalam ketergantungan, paksaan atau kecanduan jika kita tidak memiliki hubungan yang abadi dengan batin kita.

Jika kita bercita-cita untuk mempertahankan kedamaian mental dan kesejahteraan emosional, mulailah dengan memahami Vedanta dan belajar bagaimana manusia dan alam semesta, Tuhan dan esensi batin kita atau Jiwa adalah satu. Keluarlah dari isolasi ego dan hanya definisi sosial lahiriah untuk identitas utama kita sebagai Diri dari semua. Buka kesadaran ke ruang tak terbatas, bukan hanya ke bentuk luar.

Secara alami, Realisasi Diri yang lebih besar ini tidak dapat dicapai dengan cepat dan membutuhkan sadhana seumur hidup, tetapi jika kita dengan sungguh-sungguh mengejarnya kita dapat maju setiap hari dalam kesadaran dan kesadaran tanpa kematian, tidak hanya dalam pencapaian luar dan akuisisi.

Orang bijak telah melestarikan warisan pengetahuan-Diri untuk semua umat manusia, tetapi harus dibagikan dan dipraktikkan, dan dihormati dalam sistem pendidikan kita juga. Tanpa mengenal diri sendiri, semua pengetahuan lain terbatas dan tidak bisa membawa kita melampaui kesedihan.

Janganlah kita melupakan kebijaksanaan abadi Kesadaran Diri yang sederhana ini yang dengan mudah hilang dalam semua informasi yang kita sembunyikan setiap hari.